Friday, July 28, 2017

Surga, Sistem atau Tujuan Kehidupan?


Masjid Nabawi Madinah 2012
Terlalu sering kita mendengar ajakan melakukan amalan amalan menuju surga ataupun meninggalkan perbuatan perbuatan yang berkonsekwensi pada neraka. Selalu ada motif transaksional atas segala tindakan yang kita pilih ataupun tindakan yang harus kita tinggalkan,  dan sangat jarang kita melakukan suatu kebaikan karena itu adalah sebuah keharusan tanpa mengikat diri pada "bayaran bayaran" yang menanti dari perbuatan kita. Dan terlalu sering pula kita meninggalkan sesuatu karena takut neraka bukan karena hal itu memang harus ditinggalkan demi kebaikan diri  dan kehidupan.

Metoda amal transaksional ini adalah metode dakwah  populer dalam masyarakat, yang bisa kita jumpai dimana dan kapan saja, tidak ada yang salah dengan metode ini namun apakah ini metode dakwah yang ideal? Tentunya juga relatif, namun tidak ada salahnya kita mencoba melakukan pendekatan beramal dengan cara yang berbeda tanpa harus kehilangan makna dari amal dan ibadah itu sendiri.

Apakah manusia diciptakan dan diturunkan ke bumi untuk mencapai surga? kalau memang iya kenapa Tuhan tidak mencukupkan umur semua manusia sampai mereka akil baligh sehingga manusia tidak sempat berbuat dosa dan semuanya masuk surga. Kalau Tuhan menyayangi manusia dan ingin semuanya masuk surga kenapa Tuhan tidak memusnahkan semua iblis dan setan sehingga tidak ada lagi bisikan jahat dalam diri manusia? Bukankah Tuhan punya kuasa untuk itu? kenapa harus ada iblis? Kenapa harus ada manusia dewasa yang ingkar lalu mati dan masuk neraka? Ok, ada yang menjawab manusia dilahirkan itu untuk diuji. sesuatu yang perlu diuji adalah karena ada sesuatu yang eksis dari dirinya, lantas apa yang eksis dari manusia?  memang siapa kita, apa kekuatan kita sehingga Tuhan perlu menguji manusia. Tiap detak jantung dan tarikan nafas manusia juga bergantung pada Tuhan. Ada yang berkata yang diuji adalah keimaman manusia, iman kita juga dari Tuhan, lantas untuk apa Tuhan menguji sesuatu yang dari diriNya dan segala sesuatu yang bergantung pada diriNya. Terlebih lagi Iblis, memang siapa Iblis sehingga Tuhan perlu mengujinya karena semua kehidupan dan kekuatannya juga dari Tuhan.

Tidak ada satupun di semesta raya ini yang eksis selain Tuhan; atom, iblis, manusia, planet, bintang, galaksi dan semua ciptaan Tuhan tidak ada satupun yang eksis. Semuanya adalah kreasi Tuhan, semuanya adalah emanasi, radiasi dari keberadaan cahaya Tuhan. Cukup sudahlah berpikir bahwa diri kita ini eksis, we are nothing, kita fana. Tidak ada yang perlu diuji dari diri kita oleh Tuhan karena dari kesemuanya yang ada cuma hanya DiriNya.

Jikalau memang kita tidak eksis, lantas untuk apa juga konsep surga dan neraka yang banyak dijumpai dalam kitab kitab suci? Mungkin ada baiknya kita coba mengingat kembali  kisah penciptaan Adam. Sebelum Adam diciptakan Tuhan sudah punya rencana menciptakan golongan manusia untuk menempati dan memakmurkan bumi dengan diberi jabatan khalifah/wakil Tuhan dimuka bumi. Tujuan penciptaan Adam bukan untuk menjadi penduduk dan khalifah di surga, Adam turun ke bumi pun bukan karena makan khuldi, karena jauh sebelum diciptakan dan makan khuldi Tuhan sudah merencanakan Adam akan jadi penduduk dan pemimpin di bumi.

Manusia adalah wakil Tuhan di muka bumi dan diberi tanggung jawab untuk memakmurkan bumi dengan melakukan hal hal kebaikan (ibadah) di muka bumi. Sebagai wakil Tuhan, manusia harus mengimplementasikan nama nama indah Tuhan dalam kehidupan, segala tindakan kita dalam mengimplemenntasikan nama nama Tuhan inilah yang disebut ibadah kepadaNya. Banyak firman Tuhan di Quran yang mengatakan menciptakan manusia dan golongan lainnya untuk beribadah kepadanya. Konsep ibadah ini tidak terpaku pada ritual (shalat, puasa dan zakat) namun lebih kepada tindakan/perbuatan yang kita berikan kepada kehidupan. Ibadah ritual adalah proses latihan, internalisasi nilai nilai luhur ketuhanan kedalam diri kita yang diharapkan kita mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari hari dalam bentuk pemikiran, lisan dan perbuatan.

Misi utama manusia di muka bumi adalah  memakmurkan kehidupan dengan nilai nilai luhur dari nama dan sifat Tuhan, untuk menjalankan misi ini Tuhan memberikan sistem reward and punishment bagi kesadaran/akal manusia. Janji dan ancaman, surga dan neraka adalah bagian dari metode dan sistem kerja bukan tujuan kerja. Banyak contoh dalam kehidupan kita tentang sistem janji dan ancaman ini, seperti di sekolah ada sistem perangkingan, rangking 1 ataupun rangking terakhir dalam satu kelas bukanlah tujuan akhir dari sistem pendidikan di sekolah ataupun bagi siswa. Bagi sekolah tujuan akhir dari sistem pendidikan mereka adalah mencerdaskan manusia sedangkan bagi siswa sendiri adalah untuk mendapat ilmu. Berapapun rangking dan nilai yang didapat adalah sebuah bentuk dari usaha dan kerja mereka namun bukan tujuan sama sekali. Hal ini  juga bisa kita jumpai dalam dunia kerja, perusahaan mempunyai visi besar dalam menjalankan bisnisnya yang tentunya juga menerapkan sistem reward and punisment, lagi lagi sistem reward dan punishment bagi karyawan ini bukanlah tujuan akhir dari usaha yang dijalankan.

Adalah bagus termotivasi dengan reward dan menjauhi punishment sehingga terciptalah sebuah sistem kompetisi untuk mendapatkan tujuan besar yang maksimal, namun pada titik ekstrim ketika  reward menjadi tujuan dan rebutan ini akan menjadikan kita terlibat dalam kompetisi yang tidak sehat, tak jarang saling sikat, saling sikut bahkan perang yang tak berkesudahan. Lihat saja sekarang, banyak diantara kita masing masing mengklaim dirinya lah yang layak akan reward, akan surga Tuhan, bahkan itu dilakukan disaat hati, lisan dan perbuatannya mengumbar kebencian. Merasa diri paling suci ketika menebar kebencian, menghina dan mengolok olok yang lainnya. Sungguh ini sudah diluar aturan yang dikehendaki Tuhan.

Tujuan dari agama sendiri adalah membentuk insan kamil, insan yang secara terus menerus menginternalisasi dirinya dengan nilai nilai luhur (zikir) dari nama nama Tuhan melalui ritual ritual ibadah dan kemudian diterapkannya dalam kehidupan, agama juga mengajarkan  sebaik baik manusia itu adalah manusia yang paling banyak mamfaatnya bagi manusia lain, dan saya sendiri belum pernah mendapatkan kata kata yang mengatakan sebaik baik manusia adalah yang mendapatkan surga. 

Surga adalah keberkahan yang diberikan Tuhan pada siapa saja yang dikehendakinya, surga tidak bergantung pada amal sama sekali, manusia tidak pernah bisa sombong sedikitpun dengan amal apa saja yang sudah  dilakukan, karena surga adalah hak perogratif Tuhan. Surga bukanlah tentang kalkulasi matematis amal dan ibadah, sejarah menunjukkan ada pemuda Jahiliyah yang cuma baru bersyahadat dan belum pernah melakukan ibadah lainnya seperti shalat dan puasa namun Rasulullah menjanjikan surga atas dirinya setelah ia tewas dalam peperangan. Bahkan ada kisah seorang pembunuh yang tobat, belum sempat berbuat kebaikan hanya karena niat dan langkahnya berat ke kebaikan dia mendapat surga Tuhan.

Tujuan Adam dan Bani Adam (manusia/homo sapiens) adalah menjadi khalifah di muka bumi dan memakmurkan kehidupan, menerapkan nilai nilai luhur nama Tuhan seperti Kasih (Rahman), Sayang (Rahim), keadilan (Adl) dan nama nama lainnya didalam kehidupan sehingga kita menjadi sebaik baik manusia (wakil Tuhan) yang berguna banyak bagi manusia dan kehidupan. Segala misi yang kita lakukan berfokus saja pada visi ini, jadikan saja diri kita sebagai media implementasi Rahman dan Rahim Tuhan dalam kehidupan.

Ikhlas saja dalam beramal dan ibadah, tidak berdagang amal dengan Tuhan karena keridhaanNya lah puncak capaian tertinggi.


Pulang




Durdle Door, England 2017
Pulang, mungkin adalah kata yang paling indah di dunia. pulang sejatinya bermakna istirahat, ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan. Apapun dan dimanapun kita lekatkan untuk kata pulang, selalu itu merujuk pada sesuatu yang menenangkan dan membahagiakan. pulang selalu menjadi tujuan akhir dari segala aktivitas dan kegiatan anak  manusia.

Seorang yang gemar belajar di sekolah ujung ujungnya pasti akan minta pulang, seorang workaholick pasti membutuhkan kata pulang, seorang perantau juga selalu memimpikan aroma keindahan pulang, bahkan seorang petualang pun selalu mencari tempat yang ideal untuk pulang bagi mind nya..

lantas bagaimana dengan jiwa kita ketika detak jantung sudah berhenti, ketika otak sudah tak bekerja, ketika jasad tak bernyawa lagi?
Jasad boleh mati, aliran darah dan detak jantung boleh berhenti namun tidak jiwa, dia akan selalu hidup, dia hanya melompat dan melompat pindah dari satu dunia ke dunia lainya. Mulai dari alam ruh yang kemudian masuk ke rahim sang ibu, kemudian lahirlah anak manusia dan melompat ke alam dunia, kemudian anak manusia mati pindahlah dia ke alam kubur hingga akhirnya nanti melompat lagi kealam keabadian Tuhan.

Petualangan jiwa ini juga berakhir pada kata pulang, dia juga merindukan sumber dirinya sendiri, sang Khalik yang telah menjadikan dirinya. Lantas apakah kata pulang bagi jiwa ini berarti juga kebahagiaan, kedamaian dan keindahan? sejatinya iya, pulang selalu tentang kebahagiaan. karena sumber segala sesuatu adalah cuma satu, Tuhan. Dan hanya keindahan, kedamaian dan kebahagiaan yang ada disisiNya.

Lantas ketika jasad mati dan dikatakan sudah berpulang kepadaNya, kenapa pula masih ada neraka yang menanti kalau memang hanya kebahagiaan dan kedamaian yang ada disisiNya?
Iya betul, masih ada neraka setelah kematian jasad. namun apakah neraka adalah tujuan akhir? sepertinya tidak, karena keberadaan neraka adalah untuk membersihkan dan menyiapkan jiwa kita untuk pulang ke hadiratNya, ke kedamaian dan kebahagiaan abadi yang kita menyebutnya dengan surga. ketika surga adalah short way menuju pulang maka neraka adalah long way sebelum akhirnya pulang.

Ok, ini masuk akal namun masih mensisakan satu pertanyaan lagi. kalau memang neraka adalah long way menuju pulang ke keabadian yang penuh kebahagiaan dan keindahan kenapa pula ada yang abadi di neraka? dengan kata lain itulah tujuan akhir dari perjalanan jiwanya.

Ini adalah pertanyaan yang teramat rumit, sama misterinya dengan alam ini dimana kita telah membuat semua materi dalam rumus senyawa kimia yang akhirnya mempertemukan arang dan intan dengan rumus kimia yang sama, sama rumitnya dengan menemukan satu lagi nama Tuhan dari 99 nama yang kita kenal, sama rumitnya dengan ketika kita mengitari bumi dari satu titik disaat yang sama kita melakukan gerakan yang menjauhi titik tersebut namun disisi lainnya kita malah makin mendekati titik asal kita mulai bergerak.

Namun itulah kehidupan yang bisa diakses akal, selalu nada misteri yang tak terjawab. 
lantas apakah tidak ada jawaban atas pertanyaan ini? tentu ada namun tidak di alam pikiran kita, semua jawaban ada di alam pemikiran keabadian Tuhan. Kita cuma bisa menganalisis kemungkinan kemungkinan yang bisa saja mendekati kebenaran atau bisa saja total salah sama sekali. 

Penjelasan yang bisa kita gunakan untuk ini adalah, adanya hijab padat dan masif diantara alam keTuhanan tempat kita pulang dengan jiwa jiwa penghuni abadi neraka ini. Tuhan adalah Cahaya diatas cahaya, cahaya Tuhan ini tidak menyinari jiwa jiwa ini karena diselubungi oleh kabut pekat akal pikiran yang dikendalikan nafsu/ego. Hanya cahaya saja yang eksis dalam kehidupan sementara kegelapan tidaklah eksis, kegelapan hanyalah bentuk dari ketiadaan cahaya. Cahaya keTuhanan (ghaib) terhalangi oleh hijab akal dan ego (materi) sehingga tidak menyinari hati dan jiwa mereka. Hal inilah yang menyebabkan jiwa jiwa ini abadi dalam kesengsaraan neraka dan tidak akan pernah bisa pulang kerumah kebahagiaan dan kedamaian Tuhan.

Jiwa jiwa dari kegelapan ini adalah jiwa yang sebetulnya bersih dan suci namun terjebak dalam dunia materi (mind dan ego) sehingga tidak mengenali spirit sumber sejati dirinya dan tidak akan pernah tahu akan kata pulang ke kedamaian abadi Tuhan.

Dan semoga kita semua nanti tergolong dari jiwa jiwa yang tahu jalan pulang, kerumah cahaya, rumah kebahagaian dan kedamaian abadi Tuhan. 

Wallahualam bissawab



Friday, April 21, 2017

" Hidupi hidup dengan cinta agar jiwa sebening kaca dan selembut kapas ketika pulang kerumah keabadian "

Adi Subhan


" Berbakti dan bahagiakanlah kedua orang tuamu karena bahagia yang kau toreh dihatinya kelak akan menjadi tangan tangan malaikat pembantu hidupmu" 

Adi Subhan
"puncak piramid dari segala pengetahuan adalah kehadiran"

Adi Subhan

Yang Datang Selalu Lebih Baik dari Yang Pergi



Durdle Door Beach, England 2017
  


Dalam fitrahnya semesta ini adalah dinamis, selalu bergerak dan berubah mulai dari partikel atom hingga peredaran tata surya terhadap galaksi dan juga segala kemungkinan pergerakan diatasnya. Semua bergerak menurut ketetapannya untuk membentuk keseimbangan yang harmonis dalam semesta.
 Setiap pergerakan dan kejadian itu sendiri adalah bentuk dari kehendak (Qudrah dan Iradah) Illahi yang mewujud secara alamiah yang kita kenal dengan hukum alam/Sunnatullah, sekalipun pergerakan ataupun dinamisasi itu adalah hasil rekayasa akal pikiran manusia namun ia tetap tunduk pada kaidah kaidah hukum alam dan Sunnatullah itu sendiri.
Bicara tentang dinamisasi adalah bicara tentang pergerakan, perpindahan, apa yang perlu dimasukkan dan apa pula yang perlu dilepaskan yang kesemuanya adalah untuk selalu menjaga titik keseimbangannya.



Suatu kejadian, pergerakan dan perpindahan adalah hal yang melekat pada diri manusia yang kita mempersepsikannya menjadi dua kelompok, yaitu positif dan negatif. Kita sering mempersepsikan tertusuk duri dijalan adalah musibah/luka (negatif) dan mendapatkan uang dijalan adalah rejeki (positif), kehilangan materi/ jabatan adalah kemalangan (negatif) dan naik pangkat/gaji adalah rahmat (positif) dan banyal lagi contoh contoh lainnya.
Terlepas dari apapun persepsi yang kita lekatkan pada setiap kejadian, semuanya itu adalah hal terbaik, respon terbaik yang diberikan semesta dalam kehidupan kita. menjalani kehidupan dalam penjara bukanlah kiamat bahkan merupakan rangkaian jalan terbaik dalam kehidupan Mandela untuk menjadi tokoh perdamaian dunia, beberapa kali kekalahan dalam pemilihan Presiden Amerika adalah bagian dari rangkaian jalan terbaik bagi Abraham Lincoln untuk menjadi salah satu Presiden terbesar sepanjang sejarah Amerika. Kalaupun sekarang masing masing kita berada dalam situasi dan kondisi yang berbeda, apapun itu adalah yang terbaik bagi kita semua .

Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan namun apapun itu sudah pasti untuk kebaikan. Kerja tubuh kita misalnya bisa menjadi gambaran dari kerja semesta, untuk tetap hidup dan bergerak harus ada kebaikan/ energi hidup (O2) yang masuk dikarenakan karena ada racun ( CO2) yang harus dikeluarkan. Setiap yang datang lebih baik dari yang pergi.
Hukum ini tidak hanya berlaku secara personal namun juga berlaku secara komunal/ kolektif baik dalam ruang lingkup yang kecil seperti kelurahan, kota hingga ke ruang lingkup lebih besar seperti negara. Bukan hanya pada hal hal yang positif yang datang dalam kehidupan kita, pada hal hal negatif seperti banjir yang melanda pemukiman adalah respon terbaik dari alam, memberikan pesan pada kita bahwa ada ketidakseimbangan yang terjadi dan juga untuk meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem, terpilihnya Trump dan chaos yang terjadi di Amerika juga atas ijin dan kehendak Tuhan, respon terbaik dari semesta untuk menyadarkan kekuatan dan kelemahan dari sistem demokrasi dan liberalisme yang mereka anut, Lemahnya pemimpin dan kepemimpinan nasional juga atas ijin dan kehendak Tuhan sebagai bagian dari proses peningkatan dari betapa lemahnya kesadaran kolektif berpolitik kita. Apapun yang terjadi itulah yang terbaik bagi kita.
Apapun persepsi yang kita lekatkan, baik dan buruk itu harus terjadi dan dialami untuk evolusi pemikiran dan jiwa, baik secara personal maupun komunal untuk mencapai titik ideal keseimbangannya masing masing. Titik keseimbangan yang harmonis, selaras dan serasi itu sendiri merupakan tujuan dari kehidupan sosial dan bahkan tujuan kehidupan spiritual seperti yang tergambarkan dalam konsep surga dan neraka, manusia harus mati berulang ulang kali dibakar di neraka untuk mengikis dosa dan mencapai titik ideal fitrah kemanusiaannya yang hanief menuju surga.
     Selalu berpikir positif atas segala kejadian karena segala sesuatu adalah atas ijin dan kehendak Nya. Hindari kebencian atas nama apapun karena setiap elemen, mahluk dan kejadian adalah guru kehidupan untuk evolusi keruhanian kita.
Wallahu"alam.


Saturday, December 10, 2016

Hitam Putih

Snuff Milss, Bristol 2016
Benar dan salah adalah salah satu perdebatan abadi yang paling banyak menyumbang kekacauan dimuka bumi. Perdebatan  sudah dimulai sejak sejarah manusia pertama yang tercatat dalam sejarah, Adam as dan mungkin hingga kehidupan di dunia ini berakhir, debat benar dan salah ini akan berakhir pula. Perdebatan benar salah ini bukan hanya terjadi pada setiap level kehidupan namun juga terjadi dalam setiap aspek kehidupan manusia.

Pada kenyataannya sekarang sudah sangat banyak produk hukum sebagai alat pengahakiman dan pengambilan keputusan terhadap segala persoalan, proses hukum yang akan menentukan kebenaran dan kesalahan dari setiap kasus yang terjadi dalam kehidupan manusia. Produk hukum ini pula telah disiapkan untuk menyentuh setiap sisi dan dan aspek kehidupan manusia.

Namun kali ini kita tidak membahas tentang hukum hukum positif yang mengatur tentang kehidupan manusia, yang sudah pastinya sangat tergantung pada konsep kewilayahan, bersifat tentatif dan terus  berkembang seiring dengan perubahan jaman. Kali ini kita akan sedikit membahas mengenai benar dan salah dalam pandangan agama, apakah benar dan salah itu bersifat statis atau dinamis atau bahkan kedua keduanya. Apakah kehidupan moral beragama didasarkan atas penilaian hitam dan putih atau sebaliknya, kehidupan moral beragama itu sangat berwarna.

Dalam kehidupan beragama, apapun agamanya akan sangat kental dengan kajian benar dan salah, dalam masing masing kitab agama akan banyak sekali kita jumpai tentang larangan larangan dan suruhan suruhan. Suruhan dan larangan dalam beragama ini akan berimplikasi pada moral yang benar atau moral yang salah. Ketika kita melakukan semua suruhan maka kita dimasukkan dalam golongan moral yang benar namun ketika melakukan semua larangan maka kita dimasukkan dalam golongan moral yang salah.

Dimanakah benar dan salah itu berada? sebagian orang akan berkata benar dan salah itu ada dalam keobjektifan berpikir, sebagian yang lainnya akan berkata benar dan salah itu ada di dalam hati dan rasa dan sebagiannya lagi akan berkata benar dan salah itu ada di kitab suci. Dalam tulisan ini akan melakukan pendekatan terhadap sejarah kenabian yang disajikan dalam agama (khususnya Islam) dalam mengklasifikasi benar dan salah.

Dalam dunia Islam semua muslim meyakini bahwa kenabian membawa  misi yang sama, yaitu Islam. Ketika ditanya, seorang muslim akan menjawab bahwa semua nabi adalah Islam, mereka membawa pesan pesan Islam kepada umatnya, dan oleh  karena itu kenapa setiap muslim meyakini para nabi merupakan orang tercerahkan/suci dari umatnya pada masanya masing masing. Sekalipun itu Musa as yang merupakan nabi Yahudi, walau banyak muslim tidak menyukai Yahudi namun semua muslim mengakui kenabian Musa as. Begitu juga terhadap Yesus (Isa as), walau banyak muslim tidak setuju dan dengan sebagian nilai nilai Nashrani, namun semua muslim beranggapan bahwa nabi Isa adalah manusia suci dan seorang nabi.

Lantas bagaimana para nabi sebelum Muhammad saw bisa dikatakan Islam? bukankah pilar Islam itu ada 5 hal, sedangkan mereka sendiri tidak menerima 5 pilar tersebut pada jamannya masing masing. Didalam Quran tidak disebutkan masing masing nabi itu mengucapkan kalimat Syahadah, pada jaman mereka belum mengenal Shalat seperti yang dilakukan Rasulullah saw, kesemua mereka bukan bangsa Arab dan tidak mengenal bulan Ramadhan untuk puasa, dan juga belum mengenal konsep Zakat. Dari kejadian ini akan timbul pertanyaan, Islam itu sendiri apa? kalau memang menjadi seorang Muslim harus tunduk pada ke 5 pilar kenapa orang orang sebelum Muhammad saw juga bisa dikatakan Islam, bahkan dilabeli dengan jabatan Nabi padahal mereka belum mengenal 5 konsep/pilar bergama dalam Islam. Hal tentang apakah Islam ini sendiri akan disajikan dalam tulisan berikutnya   (Hanya Ada Satu Jalan).

 Sampai saat ini kita menyetujui mulai dari Adam as hingga Muhammad saw adalah pembawa ajaran Islam, dari keyakinan ini kita menyetujui bahwa warna Islam itu sendiri berubah ubah dari jaman ke jaman sesuai dengan budaya dan tingkat peradaban dari  masing masing nabi tersebut.
Sesuatu yang pernah dilakukan secara benar pada masa Adam as bisa saja dianggap salah jika dilakukan pada masa Muhammad saw, sesuatu yang secara benar dilakukan oleh Sulaiman as dan nabi nabi lainnya pada jamannya akan jadi salah jika dilakukan dijaman Muhammad saw namun dalam Quran nabi nabi terdahulu sebelum Muhammad saw itu tidak pernah dicap kafir tehadap nilai nilai Islam.

Untuk lebih jelasnya kita akan langsung melihat pada beberapa kejadian dari nabi nabi terdahulu sebelum Muhammad saw, tindakan tindakan yang dilakukan oleh nabi nabi terdahulu baik itu perintah Tuhan maupun tindakan pribadi yang kontradiktif jika dikaitkan dengan Syariah yang diajarkan Muhammad saw.

Pertama, Adam as melakukan pernikahan sedarah terhadap anak anaknya. Pernikahan sedarah ini tentunya adalah sangat terlarang dalam Syariah Islam yang diajarkan Muhammad saw namun tidak halnya pada jaman Adam as, itu adalah pilihan terbaik yang harus dilakukan. Atas petunjuk Tuhan, Adam meminta kedua anak laki lakinya (Qabil dan Habil) memberi persembahan kepada Tuhan. Tidak ada penjelasan detail tentang bagaimana prosesi pemberian penyembahan kepada Tuhan ini, apakah ditempatkan diatas batu, diatas bukit atau lainnya karena tidak mungkin diserahkan langsung kepada Tuhan karena dalam Islam konsep Tuhan jelas tidak bisa dilihat dan tidak berbentuk (bukan objek) seperti manusia. Kalau permintaan Adam as kepada anaknya ini kita lakukan sekarang, setelah kita menerima Syariah dari Muhammad saw bisa bisa kita dikatakan syirik, memberikan sesajian tanpa tau kemana hilangnya sesajian kita itu. Namun tidak pada jaman Adam as, begitulah cara mereka, peradaban mereka menterjemahkan perintah perintah Tuhan dalam kehidupan mereka. Apakah Adam as pendosa dan berlaku salah? kita tidak bisa mengatakan begitu karena apa yang dilakukan adalah perintah Tuhan.

Kedua, Yunus as meninggalkan penduduknya dan menaiki kapal untuk pergi ke negeri yang lain. Ketika kapal yang dinaiki Yunus as tidak bergerak dilautan, pihak kapal melakukan undian kepada semua penumpang untuk dilempar ke laut sebagai sesembahan agar terlepas dari masalah yang mereka hadapi. Melakukan undian dalam hidup dan memberikan sesembahan agar terlepas dari masalah adalah sangat terlarang dalam Syariah yang diajarkan Muhammad saw, namun hal itulah yang telah dilakukan Yunus as pad saat itu. Mengundi nasib ini sama dengan judi dalam Islam, dan memberikan sesembahan kelaut ini mengingatkan kita akan tradisi Rabu abeh/Tolak bala dalam sebagian masyarakat Aceh, yang biasanya melakukan sesembahan berupa badan kerbau yang sudah mati kelaut, hal ini jelas jelas dianggap Syirik dalam Syariah Islam. Lantas apakah Yunus as seorang yang berlaku salah dan pendosa karena mengikuti undian hidup dan merelakan tubuhnya jadi sesembahan bagi laut? saya yakin tidak satupun berani menyalahkan Yunus as dengan kenabiannya walaupun apa yang telah dilakukannya jelas jelas bertentangan dengan syariah yang diajarkan Muhammad saw. Begitulah peradaban masa Yunus as meyakini dalam melepaskan masalah dalam kehidupan mereka.

 Ketiga, Daud as yang beristrikan 100 orang. Diriwayatkan bahwa Daud as adalah seorang raja besar yang memiliki istri 100 orang. Apa yang dilakukan oleh Daud as ini juga bertentangan dengan nilai nilai Syariah yang diyakini oleh banyak muslim (beristrikan 4 orang). Namun apakah beristrikan banyak lebih dari 4 ini adalah perbuatan salah dan dosa dari Daud as? walaupun itu bertentangan dengan semangat Syariah yang diajarkan Muhammad saw, semua muslim tetap meyakini Daud adalah seorang nabi/utusan Tuhan kemuka bumi.

Dan banyak lagi sejarah sejarah lainnya yang darinya kita bisa belajar tentang dinamisasi standart kebenaran dalam bergama. Dari 3 penggalan kisah nabi nabi diatas bisa dilihat adanya praktek praktek yang dilakukan para nabi sebelum Muhammad saw yang bertentangan dengan Syariah. Namun disisi lain semua muslim meyakini semua nabi adalah Islam, lantas yang manakah Islam yang sebenarnya? kebanyakan muslim akan menjawab, Islam adalah yang diajarkan Muhammad saw karena Muhammad saw adalah yang terakhir dan penyempurna dari ajaran yang mereka bawa. Pada kenyataanya juga Syariah yang dibawa Muhammad saw telah menjadi aturan aturan yang mengikat seluruh muslim didunia saat ini.

Bagi seorang muslim adalah suatu ketaatan ketika bisa mengikuti semua aturan aturan yang telah diberikan Illahi dalam Quran, Kata kata di kitab suci menjadi acuan benar dan salah dalam berpikir,berkata dan bertindak. Sejauh ini hampir bisa dikatakan tidak ada yang berani membantah perintah dan larangan larangan dalam kitab suci, kitab suci adalah harga mati dalam beragama.

Namun penggalan kisah kisah diatas memberikan gambaran kepada kita adanya standar ganda tentang benar dan salah, dulunya mereka lakukan itu dinggap benar namun setelah ada Muhammad saw, itu sudah menjadi salah. Apakah Tuhan itu plin plan? dulu dibolehkan dan sekarang tidak. Tentu tidak, Tuhan sudah pasti tidak plin plan, tidak berstandart ganda, namun kenapa juga kontradiksi itu bisa terjadi?

Sebuah hadist dari Ahmad, Abu Daud, An Nasa-i dan Ibnu Majah " Diangkat pena dari tiga orang, orang tidur hingga dia bangun, orang gila hingga sadar dan anak yang belum akil baligh". Dari hadist tersebut bisa dilihat ada 3 jenis manusia yang tidak dihitung amal baik dan buruknya. ketiga golongan ini tidak terikat hukum benar dan salah. lantas kenapa mereka bisa terbebaskan dari konsep salah benar? apa kesamaan mereka sehingga perbuatan mereka terbebaskan dari penilaian salah benar?. Jawaban yang paling mungkin adalah akal, pada orang tidur akal tidak bekerja, pada orang gila juga sama dan pada anak anak akalnya juga belum sempurna.

Pencatatan amal sangat tergantung pada akal manusia, nilai nilai benar dan salah bergantung pada kemampuan akal untuk bekerja. Ketika akal tidak bekerja maka gugurlah penialaian benar dan salah terhadapnya..

Berbicara tentang akal akan sangat erat kaitannya dengan pola pikir, kebiasaan, budaya dan peradaban manusia. Akal adalah sumber dari semua peradaban yang dihasilkan manusia. Akal adalah sarana utama manusia dalam menjawab semua tantangan kehidupan, mulai dari tantangan perbedaan gender, tantangan alam seperti kondisi geografis dan iklim, hingga tantangan kehidupan sosial. Karena inilah kita bisa melihat adanya keberagaman karakter budaya yang ada dalam kehidupan kita, sesuai dengan jaman dan kewilayahannya.

Dalam beragama, kondisi budaya dan peradaban suatu tempat sangat berpengaruh dalam upaya akal untuk menterjemahkan pesan pesan Tuhan, seperti yang kita lihat pada 3 contoh kasus nabi diatas. Perbedaan standart kebenaran dari beda jaman dan beda wilayah bukanlah bentuk ke plin planan Tuhan sebagai penguasa, namun begitulah intepretasi terbaik yang mereka berikan terhadap firman/ kalam Tuhan yang mereka terima pada masa dan tempat mereka.

Perbedaan kakarakter budaya juga telah melahirkan multitafsir dalam dunia Islam, dengan sumber yang sama yaitu Quran dan Hadist, telah melahirkan banyak sekali mahzab dan aliran pemikiran dalam Islam. Kalau kebenaran itu hitam dan putih tentunya akan seragam warna dalam Islam, kita akan mewarisi nilai nilai Islam yang sama dari jaman Adam as hingga jaman kita pada saat ini, namun kenyataan tidak begitu, Islam sangat beragam, mulai dari jaman Adam as hingga ke Muhammad saw punya warnanya masing masing, begitu juga pasca Muhammad saw, masing masing daerah memiliki mahzabnya sendiri sendiri yang paling sesuai dengan konteks pemikiran, budaya dan  kondisi geografisnya.

Dari referensi sejarah yang ada dan kondisi Islam sekarang memberikan gambaran bahwa benar dan salah bukanlah tentang hitam dan putih, bukanlah suatu hal yang statis namun dinamis, selalu bergerak menyesuaikan dengan jaman dan tingkat peradabannya.  Benar dan salah adalah sangat berwarna sesuai dengan kemampuan akal manusia untuk menterjemahkan pesan pesan Ilahi pada jamannya yang ada dalam kitab suci maupun dalam perkataan dan perbuatan Nabi. Setiap jaman dan semua kondisi kemanusiaan tersambungkan dengan Tuhan melaui akal dan hati manusia. Sekolot apapun jamannya, seprimitif apapun manusianya seperti suku Mante,Tuhan selalu berkata kata kepada hambaNya seperti firman Tuhan dalam Quran  ( Yunus : 47 ) " Tiap tiap umat mempunyai rasul, maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka sedikitpun tidak aniaya".

Kapanpun dan dimanapun  Tuhan selalu hadir dan berkata kata pada manusia. seimbangkan hati dan akal untuk selalu memberikan yang terbaik bagi kehidupan.

Wallahu'alam.







   

Surga, Sistem atau Tujuan Kehidupan?

Masjid Nabawi Madinah 2012 Terlalu sering kita mendengar ajakan melakukan amalan amalan menuju surga ataupun meninggalkan perbuatan ...